Jakarta – Pemerintah Indonesia mendukung pengembangan berbagai upaya untuk pengembangan teknologi terkini masyarakat. Kendati demikian, para pengembang harus memperhatikan lisensi karya yang akan digunakan untuk melatih kecerdasan artifisial (AI).
Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) Kementerian Hukum menegaskan bahwa gugatan hukum terhadap Apple di Amerika Serikat terkait penggunaan dataset bajakan Books3 untuk melatih AI menjadi pembelajaran penting bagi seluruh pengembang. Kasus ini menunjukkan bahwa pengembangan teknologi tetap harus mematuhi aturan hak cipta dan memastikan karya yang digunakan telah memiliki izin atau lisensi yang sah.
“AI harus dibangun di atas kepatuhan hukum, bukan celah hukum. Penggunaan karya cipta, baik berupa buku, musik, maupun konten digital lainnya, tetap wajib memperhatikan lisensi dan hak pemilik cipta. AI tidak boleh dijadikan alasan untuk melanggar hukum,” tegas Direktur Hak Cipta dan Desain Industri, Agung Damarsasongko pada 10 September 2025 di Kantor DJKI, Kuningan, Jakarta Selatan.
DJKI saat ini sedang melakukan revisi Undang-Undang Hak Cipta. Salah satu fokus revisinya adalah mengakomodasi pengaturan penggunaan konten berhak cipta dalam pengembangan kecerdasan artisial. Dengan demikian, Indonesia akan memiliki payung hukum yang lebih jelas dalam menghadapi dinamika teknologi baru ini.
Menurut Agung, kepastian hukum mengenai penggunaan karya yang memiliki hak cipta dalam AI akan memberikan perlindungan bagi pencipta sekaligus memberikan kepastian bagi perkembangan industri teknologi. Pelindungan ini bukan untuk menghambat inovasi, tetapi justru memastikan ekosistem inovasi yang sehat, adil, dan berkelanjutan.
“Bagi pengembang AI dalam negeri, kami mengingatkan pentingnya melakukan due diligence (uji tuntas) terhadap sumber data yang digunakan. Pastikan konten tersebut berasal dari lisensi resmi, domain publik, atau sumber lain yang tidak melanggar hak cipta. Dengan begitu, pengembangan AI dapat berjalan secara etis dan legal,” tambah Agung.
Selain penyusunan regulasi, DJKI mendorong kerja sama dengan perguruan tinggi, industri teknologi, dan komunitas kreatif untuk meningkatkan literasi kekayaan intelektual. Literasi ini penting agar semua pihak memahami bagaimana melindungi karya sekaligus memanfaatkan teknologi secara bertanggung jawab.
Melalui pembelajaran dari kasus internasional dan penyusunan regulasi yang adaptif, DJKI berharap Indonesia mampu menyongsong perkembangan kecerdasan buatan yang beretika, menghormati hak cipta, serta mendukung kreativitas nasional. Dengan demikian, teknologi AI dapat berkembang sebagai solusi inovatif tanpa mengorbankan hak-hak pencipta.
Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) Kementerian Hukum menggelar rapat pembahasan penguatan konsep Kantor Kekayaan Intelektual (KI) Kelas Dunia di ruang rapat lantai 10 DJKI pada Senin, 22 Desember 2025 yang dipimpin langsung oleh Direktur Jenderal Kekayaan Intelektual Hermansyah Siregar, bersama pegawai DJKI yang memiliki pengalaman pendidikan dan kerja di luar negeri, termasuk di World Intellectual Property Organization (WIPO). Rapat ini menyoroti tiga isu strategis yang menjadi perhatian utama DJKI, yakni Patent Prosecution Highway (PPH), Publikasi Guideline Pemeriksaan seluruh rezim KI, serta penguatan kerja sama dengan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi serta Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah.
Senin, 22 Desember 2025
Layanan paten yang cepat dan pasti menjadi prasyarat penting bagi inovasi dan daya saing suatu negara. Berangkat dari kebutuhan tersebut, Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual atau DJKI menyelenggarakan Pelatihan Pemeriksaan Formalitas Paten di Gedung DJKI, Jakarta pada 22 Desember 2025.
Senin, 22 Desember 2025
Jakarta – Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) Kementerian Hukum (Kemenkum) memperdalam evaluasi kinerja kantor wilayah (Kanwil) melalui Pembahasan Komisi III dalam Rapat Koordinasi Pengendalian (Rakordal) hari kedua yang digelar di Grand Mercure Kemayoran, Jakarta, Selasa, 16 Desember 2025.
Selasa, 16 Desember 2025