Jakarta - Reformasi Birokrasi (RB) merupakan prioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan nasional yang bertujuan untuk melakukan perubahan sistematik dan terencana untuk mewujudkan tata administrasi pemerintahan yang lebih baik sebagaimana ditegaskan dalam Undang - Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025.
Dalam melaksanakan program dan kegiatan RB tersebut, diperlukan penyusunan ketatalaksanaan yang menghasilkan sistem, proses dan prosedur kerja yang jelas, efektif, efisien serta terukur.
Oleh karena itu, guna mendukung pelaksanaan RB, Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) menggelar kegiatan Focus Grup Discussion (FGD) Penyusunan dan Evaluasi Standar Operasional Prosedur (SOP) di Lingkungan Direktorat Hak Cipta dan Desain Industri (HCDI) dan Direktorat Kerja Sama dan Pemberdayaan (KSP) pada tanggal 22 s.d. 24 Juni 2023 di Artotel Suite Mangkuluhur, Jakarta.
Kepala Bagian Program dan Pelaporan Andrieansjah dalam sambutannya menyampaikan bahwa untuk mewujudkan ketatalaksanaan berdasarkan tata pemerintahan yang baik maka perlu dilakukan evaluasi dan penyusunan SOP yang akan menjadi pedoman baku dalam penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi organisasi.
“DJKI merupakan salah satu unit pelaksana yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Hukum dan HAM yang memiliki tugas menyelenggarakan pelayanan dan pelindungan KI maka peranan SOP ini penting karena berkaitan dengan pelayanan publik,” tutur Andrieansjah.
Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa pelayanan publik memerlukan suatu standar baku sehingga ada kepastian hukum bagi masyarakat di dalam pelaksanaan peraturan pelayanan. SOP yang telah ada saat ini perlu dilakukan evaluasi dan penyusunan ulang agar dapat memberikan pelayanan yang lebih cepat dan penyederhanaan birokrasi.
“Pada kegiatan ini nanti akan dilaksanakan evaluasi dan identifikasi SOP Mikro Direktorat HCDI dan Direktorat KSP yang selaras dengan peta proses bisnis serta dokumen Struktur Organisasi Tata Kerja (SOTK) di lingkungan DJKI. Selanjutnya, dilakukan pembaruan penyusunan SOP Mikro sesuai dengan hasil evaluasi dan identifikasi tersebut,” ujar Andrieansjah.
“Diharapkan melalui kegiatan ini dapat memperbaiki kinerja organisasi dan dapat menyesuaikan proses bisnis untuk inovasi-inovasi pelayanan publik di DJKI,” lanjutnya.
Menurutnya, hal tersebut dilakukan untuk mendukung peningkatan kualitas pelayanan publik di bidang KI dan dapat mendukung DJKI dalam rangka menuju World Class of IP Office.
Sebagai tambahan informasi, kegiatan ini diikuti oleh Direktorat Jenderal Hak Cipta dan Desain Industri dan Direktorat Kerja Sama dan Pemberdayaan KI serta turut mengundang narasumber dari Tim Konsultan Evaluasi SOP, Cognoscenti Consulting Group yang akan memberikan pemaparan materi terkait gambaran pelaksanaan evaluasi dan penyusunan SOP. (Arm/Ver)
Sebuah desain tak sekadar estetika visual, namun juga memiliki nilai ekonomi. Inilah gagasan utama yang diangkat dalam OKE KI Seri Webinar #24 bertema “Nilai Daya Saing Desain Industri dalam Bisnis Furniture” yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) Kementerian Hukum pada Senin, 14 Juli 2025. Dalam kegiatan yang berlangsung interaktif ini, praktisi desain furniture dan akademisi Universitas Tarumanegara, Eddy Supriyatna Marizar hadir sebagai narasumber.
Senin, 14 Juli 2025
Dalam rangka memperingati Tahun Baru Islam 1447 Hijriah, Dharma Wanita Persatuan (DWP) Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) menyelenggarakan kegiatan Bakti Sosial dan Tadabbur Alam dengan mengusung tema Membangun Semangat Hijrah dalam Meningkatkan Iman dan Amal Sholeh di Yayasan As-Zalika, Kabupaten Garut, Jawa Barat, pada Kamis, 10 Juli 2025.
Kamis, 10 Juli 2025
Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) melihat masih kecilnya jumlah perguruan tinggi yang mengajukan paten di Indonesia dibandingkan keseluruhan jumlah universitas Indonesia. Meskipun secara keseluruhan perguruan tinggi menyumbang lebih dari 50% permohonan paten dalam negeri, baru sekitar 153 perguruan tinggi yang memegang paten. Fakta ini menjadi perhatian penting bagi DJKI dalam upayanya mewujudkan ekosistem kekayaan intelektual (KI) yang merata dan produktif.
Kamis, 3 Juli 2025