DJKI Ikuti Pelatihan terkait Penegakan Hukum untuk Indikasi Geografis

Jakarta - Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) Kementerian Hukum dan HAM mengikuti Pelatihan terkait Penegakan Hukum untuk Indikasi Geografis yang akan digelar pada Senin, Rabu dan Jumat (15, 17, dan 19 Maret 2021) melalui Zoom Meeting. Pelatihan ini diberikan oleh The Organization for an International Geographical Indications Network (oriGIn) dari Swiss. 

Dalam pertemuan pertama ini, Massimo Vittori, Managing Director of oriGIn, menyampaikan bahwa penegakan hukum untuk produk Indikasi Geografis (IG) sangat penting karena dampak ekonomi yang dibawanya. 

Dia memaparkan bahwa pada penelitian yang dilakukan pada 2020 berdasarkan data dari 3.207 IG yang dilindungi hingga 2017 di Uni Eropa (EU), menunjukkan bahwa produk IG telah mencatat nilai penjualan mencapai 74,76 miliar Euro dan merupakan 7 persen dari seluruh nilai penjualan di sektor makanan dan minuman di negara Uni Eropa.

Sayangnya, 42 persen dari produk yang terdaftar hingga 2016 di EU mengalami imitasi. 38 persen dari angka tersebut melakukan penyesatan informasi dari produk asli yang terdaftar dan 21 persen di antaranya berhubungan dengan masalah pengemasan, labelling, slicing dan aspek lain yang mempengaruhi tampilan produk IG asli.

“Penegakan hukum sangat penting karena produk IG adalah produk hak kekayaan intelektual yang melibatkan produsen dan konsumen. Produsen mendapatkan monopoli dalam usahanya sedangkan konsumen mendapatkan pelindungan dari produk yang mereka beli karena kekhasannya,” kata dia.

“Selama Anda memiliki reputasi, dia ini akan berdampak pada produk. Oleh karena itu, reputasi sangat penting untuk dipertahankan. Keberlangsungan produk di bidang sosial, lingkungan dan ekonomi harus diperhatikan,” lanjutnya. 

Sementara itu, oriGIn adalah Organisasi Non-Pemerintah (LSM) nirlaba yang berbasis di Jenewa. Didirikan pada tahun 2003, oriGIn saat ini merupakan aliansi global Indikasi Geografis (IG) dari berbagai macam sektor, mewakili sekitar 500 asosiasi produsen dan institusi terkait IG lainnya dari 40 negara.

Misinya adalahnya melakukan kampanye untuk perlindungan hukum yang efektif dan penegakan IG di tingkat nasional, regional dan internasional, melalui kampanye yang ditujukan kepada para pengambil keputusan, media dan masyarakat luas. Selain itu, mereka juga mempromosikan IG sebagai alat pembangunan berkelanjutan bagi produsen dan masyarakat.


LIPUTAN TERKAIT

Ketika Kata Menjadi Karya: Hak Cipta dan Kebebasan Pers yang Tak Bisa Dipisahkan

Di balik setiap berita yang kita baca, dari headline daring hingga kolom opini di koran pagi, tersimpan kerja keras para jurnalis yang menakar fakta dengan nurani dan merangkai kata dengan nurani dan ketelitian. Namun, sayangnya, masih banyak yang lupa bahwa tulisan-tulisan ini bukan sekadar informasi; mereka adalah karya intelektual. Dan seperti karya seni lainnya, tulisan jurnalistik juga punya pemilik, yaitu penulisnya.

Sabtu, 3 Mei 2025

Fenomena Sound Horeg dan Potensi Kekayaan Intelektual di Baliknya

Dalam beberapa tahun terakhir, fenomena sound horeg menjadi tren yang berkembang di tengah masyarakat, khususnya dalam kegiatan hiburan di ruang publik seperti pesta pernikahan, arak-arakan, hingga panggung hiburan rakyat. Atraksi ini memiliki ciri khas menggunakan speaker atau sound system yang memiliki daya besar dan memutar lagu-lagu populer dengan aransemen yang unik, serta terkadang disertai dengan pertunjukan visual atraktif.

Rabu, 30 April 2025

Dirjen KI Dorong Pemda Tanah Datar Gencarkan Promosi Songket Pandai Sikek dan Potensi KI Lain

Direktur Jenderal Kekayaan Intelektual (Dirjen KI) Razilu, melakukan audiensi ke kantor Wali Kota Tanah Datar pada 30 April 2025. Dalam pertemuan tersebut, agenda utama yang dibahas adalah penguatan promosi produk indikasi geografis (IG) terdaftar Songket Pandai Sikek, serta pemanfaatan potensi kekayaan intelektual (KI) lainnya di Kabupaten Tanah Datar.

Rabu, 30 April 2025

Selengkapnya